Bukittinggi— Di tengah perbincangan hangat mengenai tata kelola dan etika dalam organisasi, Ketua Serikat Islam (SI) Kota Bukittinggi, Tuanku Rismaidi, menyampaika pesan moral yang tajam dan mendalam. Pesan ini berfokus pada esensi antara niat baik dan cara penyampaian dalam setiap tindakan, terutama dalam lingkaran birokrasi dan pelayanan masyarakat.
Tuanku Rismaidi menekankan sebuah filosofi sederhana namun krusial.
”NIAT BAIK BILA DISAMPAIKAN DENGAN CARA KURANG BAIK, HASILNYA TIDAK BAIK. NIAT BAIK HARUS DILAKUKAN DENGAN CARA YANG BAIK, HASILNYA SANGAT BAIK.” Tutur Ketua Syarikat Islam, Tuangku Rismaidi penuh bijak
Pernyataan dari Tuangku Rismaidi, sang birokrat ulung yang sudah malang melintang ini bukan sekadar pepatah, melainkan kritik konstruktif terhadap praktik administrasi yang terkadang mengabaikan norma kesopanan dan prosedur yang benar.
Menurut Tuangku Rismaidi, niat untuk menegakkan AD- ART atau aturan dan ketertiban tidak boleh dilakukan dengan cara yang merendahkan atau melangkahi prosedur baku.
”Niat baik semestinya sikap dan Perilaku yang mencerminkan nilai moral etika, hal demikian tercermin dalam nilai kearifan lokal,” tutur Tuanku Rismaidi.
Beliau menjelaskan bahwa etika dan moralitas adalah fondasi yang harus menyertai setiap langkah organisasi pemerintah maupun masyarakat.
Ketika sebuah teguran atau instruksi disampaikan secara informal, tanpa surat resmi, atau melalui pihak ketiga yang tidak berwenang, hal itu secara inheren merusak niat baik di baliknya.
Prosedur, tegas beliau, memiliki sifat mengatur dan mengendalikan, tetapi tidak bisa juga mengabaikan nilai substansi—yaitu penghormatan terhadap warga negara dan ketertiban administrasi.
Pesan moral dari Ketua SI Bukittinggi ini menyerukan agar seluruh jajaran jajarannya di Syarikat Islam menjadikan etika komunikasi dan kepatuhan prosedur formal sebagai prioritas utama.
Sebab, tata kelola organisasi yang berintegritas hanya akan tercapai ketika niat baik dieksekusi dengan cara yang mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal dan menghormati harkat serta martabat setiap individu.
Inilah saatnya bagi organisasi manapun untuk memastikan bahwa setiap “niat baik” birokrasi, sekecil apa pun, disampaikan melalui “cara yang baik” yang prosedural dan beretika, demi hasil yang “sangat baik” bagi masyarakat.
Dengan sebuah keyakinan Tuangku Rismaidi menyampaikan di berbagai kesempatan, tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan karena manusia punya segala potensi dan sumber daya, tinggal ” Politcal Will” atau kemauan serta minat
(Yaman)




